Coco Gauff, petenis peringkat kedua dunia, mengalami kekalahan mengejutkan di babak pertama Wimbledon 2025. Dikalahkan oleh petenis non-unggulan asal Ukraina, Dayana Yastremska, dengan skor 7-6 (3), 6-1, Gauff menjadi wanita ketiga dalam era Terbuka yang gagal melewati ronde pembuka di Wimbledon setelah memenangkan Prancis Terbuka. SPORTS ILLUSTRATION, akan membahas informasi menarik mengenai tenis hari ini, simak pembahasan ini.
Pertandingan yang berlangsung di Lapangan No. 1 ini memperlihatkan performa buruk Gauff, dengan hanya enam pukulan winner dan 29 kesalahan sendiri, termasuk sembilan double fault. “Dayana bermain sangat agresif sejak awal. Saya benar-benar kesulitan menemukan ritme permainan,” ujar Gauff setelah pertandingan.
Kekalahan ini semakin mengejutkan mengingat Gauff baru saja meraih gelar Grand Slam keduanya di Roland-Garros tiga minggu sebelumnya. Bersama dengan Jessica Pegula (peringkat 3) yang juga tersingkir lebih awal, ini menjadi pertama kalinya dalam sejarah era Terbuka di mana dua dari tiga unggulan teratas wanita kalah di babak pertama turnamen Grand Slam.
AYO DUKUNG TIMNAS GARUDA, sekarang nonton pertandingan bola khusunya timnas garuda tanpa ribet, Segera download!
![]()
Transisi Sulit dari Tanah Liat ke Rumput
Perjalanan dari lapangan tanah liat Prancis Terbuka ke lapangan rumput Wimbledon terbukti menjadi tantangan besar bagi Gauff. Petenis berusia 21 tahun ini mengakui bahwa waktu persiapan yang singkat setelah kemenangan di Paris memengaruhi performanya. “Secara mental, saya merasa kewalahan dengan semua yang terjadi setelah Prancis Terbuka. Saya tidak punya cukup waktu untuk merayakan sekaligus mempersiapkan diri untuk Wimbledon,” ungkapnya.
Meski pernah mencatatkan prestasi gemilang di Wimbledon dengan mengalahkan Venus Williams pada debutnya tahun 2019, lapangan rumput tetap menjadi medan tersulit bagi Gauff. Turnamen ini menjadi satu-satunya Grand Slam di mana ia belum pernah mencapai semifinal, bahkan tersinggung di babak pertama untuk kedua kalinya dalam tiga tahun terakhir.
Sejarah juga menunjukkan betapa sulitnya transisi dari tanah liat ke rumput. Serena Williams adalah petenis wanita terakhir yang berhasil memenangkan kedua turnamen tersebut secara beruntun pada 2015. Sebelumnya, hanya Justine Henin (2005) dan Francesca Schiavone (2010) yang mengalami nasib serupa dengan Gauff—juara di Paris tetapi langsung tersingkir di babak pertama Wimbledon.
Baca Juga: Petenis Daria Kasatkina Mengubah Kewarganegaraan Rusia Menjadi Australia
Masalah Servis dan Dominasi Yastremska
Salah satu faktor utama kekalahan Gauff adalah performa servisnya yang buruk. Ia hanya berhasil memasukkan 45% servis pertama ke dalam permainan dan kehilangan 18 dari 32 poin pada servis kedua. Kesalahan ganda yang terjadi di momen-momen kritis, termasuk dua kali di tiebreak set pertama, semakin memperburuk posisinya.
Di sisi lain, Dayana Yastremska tampil sangat percaya diri. Petenis berperingkat 42 dunia ini mencetak 16 pukulan winner dan memanfaatkan kelemahan servis Gauff dengan agresif. “Saya sangat bersemangat bermain melawan Coco. Ini momen istimewa bagi saya,” kata Yastremska, yang sebelumnya hanya memiliki rekor 10-11 di babak pertama Grand Slam.
Prestasi terbaik Yastremska di Wimbledon adalah mencapai putaran keempat pada 2019. Namun, kepercayaan dirinya meningkat setelah lolos ke final turnamen lapangan rumput di Nottingham beberapa pekan sebelumnya. “Saya mulai menyukai lapangan rumput tahun ini. Semoga performa saya terus membaik,” tambahnya.
Evaluasi dan Harapan ke Depan
Kekalahan ini menjadi pelajaran berharga bagi Gauff, yang harus mengevaluasi persiapan fisik dan mentalnya dalam menghadapi transisi antar-permukaan. Meski telah menjadi salah satu petenis muda terbaik dunia, konsistensi di lapangan rumput masih menjadi pekerjaan rumahnya.
Sementara itu, Yastremska berhasil membuktikan bahwa dirinya bisa menjadi ancaman serius di turnamen besar. Kemenangan ini menjadi momentum penting dalam kariernya, terutama setelah sebelumnya mencapai semifinal Australia Terbuka 2024.
Bagi Gauff, fokus kini beralih ke persiapan untuk turnamen lapangan keras, di mana ia memiliki catatan lebih konsisten. Dengan usia yang masih sangat muda, ia memiliki banyak waktu untuk memperbaiki kelemahannya dan kembali bersaing di puncak.
Namun, kekalahan di Wimbledon kali ini akan selalu menjadi pengingat bahwa tidak ada kemenangan yang bisa diraih tanpa persiapan maksimal. Manfaatkan juga waktu luang anda untuk mengeksplorasi lebih banyak lagi tentang berita olahraga terupdate lainnya hanya dengan klik sports-illustration.com.