Katie Boulter, petenis peringkat kedua Inggris, baru-baru ini mengungkapkan pelecehan online yang ia terima, termasuk ancaman pembunuhan terhadap dirinya dan keluarganya. SPORTS ILLUSTRATION, akan membahas informasi menarik mengenai tenis hari ini, simak pembahasan ini.
Dalam wawancara dengan BBC, Boulter menunjukkan bukti pesan-pesan mengerikan, seperti “Semoga kamu kena kanker” dan ancaman pembunuhan yang merinci “peti mati untuk seluruh keluargamu.” Pesan-pesan tersebut sering kali dikirim setelah pertandingan, baik saat menang maupun kalah. Boulter mengaku merasa sangat rentan karena tidak tahu apakah pelaku berada di sekitar lokasinya atau bahkan mengetahui alamat rumahnya. Hal ini menunjukkan betapa seriusnya ancaman yang dihadapi atlet perempuan di era digital.
Boulter juga menekankan bahwa pelecehan semacam ini tidak hanya memengaruhi performa di lapangan, tetapi juga kesehatan mental. Ia khawatir dampaknya akan lebih buruk pada atlet muda yang belum memiliki pengalaman menghadapi tekanan seperti ini.
AYO DUKUNG TIMNAS GARUDA, sekarang nonton pertandingan bola khusunya timnas garuda tanpa ribet, Segera download!
![]()
Dampak Psikologis dan Tantangan bagi Atlet
Pelecehan online tidak hanya berupa ancaman kekerasan, tetapi juga pesan-pesan eksplisit yang tidak pantas. Boulter mengungkapkan keprihatinannya terhadap pemain muda yang mungkin terpapar konten-konten negatif tersebut. “Anak-anak muda seharusnya tidak melihat atau menerima hal-hal seperti itu,” tegasnya.
Selain mengganggu konsentrasi, pelecehan online juga memengaruhi kepercayaan diri atlet. Boulter mengaku bahwa membaca pesan-pesan tersebut setelah pertandingan emosional, seperti di Prancis Terbuka 2025, sangatlah melelahkan secara mental. Ia menyerukan perlunya perlindungan lebih besar bagi atlet dari serangan dunia maya.
Federasi tenis dan platform media sosial dinilai perlu mengambil langkah lebih tegas untuk memfilter konten berbahaya. Tanpa tindakan nyata, ancaman semacam ini akan terus menghantui atlet, terutama perempuan, yang sering menjadi sasaran utama pelecehan online.
Baca Juga: Petenis Daria Kasatkina Mengubah Kewarganegaraan Rusia Menjadi Australia
Upaya Boulter Melawan Pelecehan dan Fokus pada Karier
Meski menghadapi tekanan berat, Boulter tetap berusaha menjaga fokus pada kariernya. Ia baru saja memulai pertahanan gelarnya di Nottingham Terbuka dengan menghadapi Lulu Sun dari Selandia Baru. Boulter berharap bisa mengalihkan perhatian publik pada prestasinya di lapangan, bukan pada pelecehan yang ia alami.
Ia juga mendorong atlet lain untuk tidak diam saat mengalami hal serupa. Dengan berbicara terbuka, Boulter berharap bisa memicu perubahan sistemik dalam penanganan pelecehan online. “Kita harus berani melaporkan dan meminta pertanggungjawaban pelaku,” ujarnya.
Dukungan dari fans dan rekan sesama pemain juga menjadi kekuatan bagi Boulter. Ia berterima kasih kepada mereka yang terus mendorongnya untuk tetap kuat di tengah segala tekanan.
Seruan untuk Perlindungan Lebih Kuat bagi Atlet
Kasus Boulter bukanlah yang pertama dan mungkin bukan yang terakhir. Banyak atlet, terutama perempuan, yang mengalami pelecehan serupa. Hal ini memunculkan pertanyaan besar tentang seberapa aman atlet di ruang digital.
Boulter menyerukan kolaborasi antara federasi olahraga, platform media sosial, dan pihak berwenang untuk menindak tegas pelaku. Ia juga mendukung program edukasi bagi fans tentang dampak buruk pelecehan online.
“Kita semua berhak merasa aman, baik di lapangan maupun di dunia maya,” tegas Boulter. Dengan kesadaran yang semakin meningkat, diharapkan akan ada perubahan kebijakan yang lebih protektif untuk melindungi atlet dari ancaman dan pelecehan online di masa depan. Manfaatkan juga waktu luang anda untuk mengeksplorasi lebih banyak lagi mengenai berita olahraga terbaru lainnya hanya dengan klik sports-illustration.com/.